Pergelaran Seni dan Budaya Multikultur "Kresno Gugah"

Pergelaran seni dan budaya multikultur di Lapangan Mataram, Kota Pekalongan, Jawa Tengah, pada hari Jumat, 28-29 Mei 2010, pukul 20.00-01.30 diawali dengan Sambutan dari Program Specialist dari kantor UNESCO Jakarta, Bapak Masanori Nagaoka, dan Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan, Bapak Harry Waluyo, dan dibuka oleh Walikota Pekalongan, Bapak dr. Haji Mohamad Basyir Ahmad.

Kegiatan ini dirancang dalam rangka menyambut Tahun Internasional untuk Pendekatan Budaya 2010 UNESCO yang bertujuan untuk membangun kesadaran multikultur.

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata melalui Badan Pengembangan Sumber Daya, Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan, menyambut baik tahun pendekatan budaya yang telah dicanangkan oleh UNESCO dengan melakukan upaya pengembangan kreativitas seni dan budaya sebagai jembatan membangun kesadaran multikultur sekaligus melakukan survei tentang apresiasi masyarakat terhadap pergelaran ini.

Kota Pekalongan adalah kota pertama yang dipilih sebagai pilot project (proyek percontohan) dari serangkaian kegiatan serupa yang telah direncanakan di kota-kota lain di Indonesia, karena Kota Pekalongan memiliki unsur-unsur multikultur, seperti keragamaan sosial, agama dan budaya.

Pergelaran seni dan budaya multikultur ini bertema "Kresno Gugah," menampilkan Wayang Ajen yang dipimpin oleh Grand Master Wawan Gunawan, yang telah melanglang buana ke berbagai negara dan telah mendapat berbagai penghargaan internasional berkolaborasi dengan seni budaya lokal dan seni budaya "luar" yang telah diadopsi dan diadaptasi sesuai dengan nilai, norma, dan pandangan hidup masyarakat setempat.
Dalam pergelaran ini juga dilakukan dialog interaktif dengan menghadirkan Bapak Walikota Pekalongan (Bapak dr. Mohamad Basyir Ahmad), Ketua KPU Pekalongan, Budayawan Seni Pertunjukan (Bapak Arthur S. Nalan), dan Kapuslitbang Kebudayaan (Bapak Harry Waluyo), yang dipandu oleh Bapak Gaura Mancacaritadipura, warga kehormatan Kota Pekalongan yang juga Dalang Wayang Kulit Surakarta.

Paham Multikulturalisme adalah paham yang dalam prakteknya perlu dibina melalui dialog yang konstruktif sehingga terwujud sikap dan perilaku saling menghargai dan toleran dalam batas-batas nilai, norma, hukum, dan aturan-aturan yang disepakati bersama.

Manfaat kita memahami paham multikulturalisme (Bhinneka Tunggal Ika) sebagai berikut:
(1) Kita akan saling mengenal dan saling memahami keberagaman sosial, agama, dan budaya sebagai suatu realitas sosial.
(2) Menyepakati apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan untuk kepentingan bersama.
(3) Membiasakan diri berfikir dan bertindak positif; dan
(4) Mengatasi berbagai perbedaan yang ada dengan menciptakan suasana damai untuk mencapai kesejahteraan hidup bersama di tengah-tengah keberagaman sosial, budaya, dan agama.

0 komentar:

 
Copyright 2009 OeM_Created Oemaem Production 2010